Tuesday, February 12, 2008

Cinta

Ya Allah jika aku jatuh cinta

Cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-MU, agar bertambah kekuatanku untuk mencintai-MU

Ya Allah jika aku jatuh hati

Izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya terpaut pada-MU, agar tidak terjatuh kedalam cinta semu, jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling dari hati-MU

Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu, rindukanlah aku pada seseorang yg merindu syahid dijalan-MU, jagalah rinduku padanya agar aku tidak lalai merindukan syurga-MU

Ya Allah jika aku menikmati cinta kekasih-MU

Janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat kepada-MU disepertiga malam terakhir, janganlah biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepada-MU

Ya Allah Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah terhimpun dalam cinta pada-MU, telah berjumpa untuk taat pada-MU, telah bersatu dalam dakwah-MU, telah terpadu dalam membela syariat-MU

Ya Allah, kokohkanlah ikatannya, kekalkan cintanya, tunjukilah jalan-jalannya, penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-MU yang tiada pernah pudar, lapangkanlah dada kami dengan limpahan keimanan kepada-MU dan keindahan bertawakal dijalan-MU

1 comment:

Anonymous said...

Seluruh pengetahuan ketuhanan berada di balik”Nizam “, demikian sebait puisi cinta Ibn Arabi kepada seorang perempuan kekasihnya dalam kitab Tarjumanul Asywaq. Nizam adalah anak gadis dari Abu Syuja’, guru Ibn Arabi sendiri.Para ulama (fiqh) mencaci maki dan menghujat Ibn Arabi yang bagi mereka telah mengotori ketuhanan dengan membuat apa yang mereka sebut ”puisi-puisi cinta” dalam antologi kecil itu. Bagi mereka, Ibn Arabi telah menyembunyikan cinta yang tersembunyi kepada perempuan di sebalik ajaran tasawuf demi melestarikan kesan kesalehannya.
Memang Ibnu ‘arabi dalam ajaran Tasawuf selalu mengkorelasikan kepada perempuan dalam setiap ekspresi sufinya. Ia tergila-gila kepada Nizam sebagai anak perempuan gurunya. Mencintai Nizam bukan hanya kegiranjingan cinta manusia ansich lebih dari itu ia sekaligus mencintai gurunya yang mengajarkan cinta ketuhanan. “Arabi menyebunyikan hasrat cintanya ditorehkan dalam bentuk syair atau diksi-diksinya dalam Kitab Tarjumanul Asywaq sebagai metefora syair sufistik. Bagi ‘arabi diksi itu bukan hanya sebagai ungkapan cinta pada nizam, tetapi sekaligus sebagai kontemplasi spritualitas ketuhanan.
“Ya Allah jika aku jatuh cinta
Cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-MU, agar bertambah kekuatanku untuk mencintai-MU
Ya Allah jika aku jatuh hati
Izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya terpaut pada-MU, agar tidak terjatuh kedalam cinta semu, jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling dari hati-MU”
Deretan bait puisi Kaila..adalah jeritan atau perasaan hati yang menggojolak hasrat ingin terungkap. Tapi, ekspresi itu tertanam dalam tulisan dan lahir hanya sebagai espresi cinta yang sangat emosional rasa. Walau pun tidak begitu melingkar pada kesussatraan Islam apalagi metafora sufistik Kaila telah mamapu atau paling tidak berani mengungkapkan berekspresi dalam blognya. Pertanyaan saya siapa yang berada di balik ilusi cintanya Kaila dan entah kapan bayangn itu akan hadir pada dirinya? .Mungkin hannya kontemplasi spiritual Kailalah yang bias menjawabnya. Wallahu ‘Alam.
Bandung, 14 Pebruari 2008
W.S Abdul Aziz