Friday, April 23, 2010

Catatan Harianku

Hari jum'at tgl 23 April 2010, dikantor BT abisss, males ngapa-ngapain karena saking banyaknya yang pengen dikerjain jadi bingung mau mulai dari mana, lelah full, jenuh dan bingung, capek banget seeh rasanya capek pikiran dan fisik, pengen refreshing meregangkan otot-otot tanpa berfikir apapun, sifat lama kambuh lagi gk pengen ngomong apapun and gk mau juga ditanya-tanya siapapun, pengen sendirian tanpa diganggu dalam bentuk apapun. Nonton film jadi alternatif paling ok sambil menunggu waktu pulang.

Jam 18.15 Hp berdering dari suami yang mengabarkan sudah berada didepan kantor untuk menjemputku pulang, suami ku tercinta walau dalam keadaan lelah dia selalu menampilkan senyuman manisnya untukku, membuat ke-BT an ku menjadi samar, ku balas dengan senyuman manis dan sapaan manjaku untuknya, karena gk mungkin aku sanggup membalasnya dengan diam dan BT jika sudah dihadapkan dengan wajah sendu suamiku.

sesampainya dirumah aku masak dan kita makan seperti biasa, lelah tak tertahankan tanpa berkata apapun aku langsung masuk kamar and merebahkan badan gk lama aku tertidur tanpa menghiraukan suami yang berada disamping sambil menatapku.

Waktu menunjukkan jam 11 malam saat aku terbangun, kaget karena suami masih blum tidur dan sedang mencuci pakaian, huuuuuhhhhh tarik nafas dalam2 kasian sekali suamiku capek pulang kantor, jemput aku dan masih juga mencuci pakaian, aku tau alasannya melakukan itu, dia mencoba meringankan tugasku, biasanya sabtu pagi aku cuci baju, masak and berangkat kuliah, suami gk tega melihat aku yang terlalu lelah dengan aktifitas yang overload makanya dia mencoba meringankan pekerjaanku.

Sabtu pagi kami bangun utk shalat subuh berjamaah dilanjutkan dengan masak dan beres2 rumah, jam 08.30 aku berangkat kuliah diantar suami, terlihat betapa beratnya dia melepas aku tuk kuliah dihari libur kami, waktu yang harusnya kami bersantai bersama, sabar ya suamiku semua ini demi masa depan kita

Jam 13.00 selese kuliah and dijemput suami, panas terik tidak membuat dia malas menjemputku, sampe dirumah aku diberikan surprise berupa Puding Lapis (coklat dan caramel ) spesial buatan suamiku, duuuuhhhhh.....senengnya aku, selepas mengantarku kuliah dia belanja dan buat puding itu utk ku, apa2 yang dilakukan suami membuatku terharu dan makin menyayanginya, tidak perduli seperti apa rasa puding itu yang aku perduli adalah niatnya memberi surprise dan membahagiakan aku, melakukan apa yang tidak bisa dia lakukan dan berusaha melakukannya demi aku, makin tidak ingin aku mengecewakan dan membuatnya sedih, sambil kupeluk cium ku sampaikan padanya " I Love You sayang "

Aku bisa merasakan betapa kau mencintai dan ingin membuatku bahagia, tidak ingin melihatku menangis dan kecewa, begitu juga denganku yang selalu ingin melihat kau tersenyum dan bahagia bersamaku, lembut sikapmu meluluhkan hatiku dan selalu mencairkan kemarahanku menjadi kasih sayang, sejak mengenalmu emosiku selalu terkontrol dan sangat jarang aku emosi pada siapapun, kau selalu bisa membuatku menjadi pribadi yang luar biasa, kau telah merubahku menjadi lebih baik, merubah kehidupanku jadi makin berwarna, thanks for your love honey, you are the best one for me

Tuesday, April 13, 2010

Antara Ambisi dan Kewajiban

Terus berusaha untuk lebih baik adalah impian banyak orang, lebih baik dalam materi, pendidikan, karir, kehidupan dan spiritual pastinya, mencoba terus menjalani dan mensyukuri apa yang didapat hari ini merupakan sikap terindah yang harus dipatri dalam hati dan pikiran, tanpa rasa syukur manusia akan terus merasa kurang bahkan tersiksa dengan hidupnya.

Ambisi saat single masih terus membayangi sampai sekarang, mencoba untuk membatasi diri karena sadar saat ini memiliki tanggung jawab sebagai istri yang diharuskan mengutamakan rumah tangga dibandingkan ambisi, huuuu...hhhhh, ambisi untuk menyelesaikan S2, jadi dosen, menghasilkan buku-buku baru, menghasilkan tutorial2 baru, menyelesaikan beberapa portfolio web, pastinya akan menyita banyak waktu, pikiran dan tenaga, masih terus berfikir keras haruskah ambisi itu ditekan atau ada yang dihilangkan ??

24 jam 7 hari seminggu sepertinya terlalu cepat, pekerjaanku sebagai programmer disambi dengan ngajar di universitas juga kuliah S2 dihari sabtu membuat hampir tidak punya waktu untuk orang lain. Tugas kantor, tugas kuliah dan cari materi plus buat latihan utk mahasiswa benar2 membuat energi terkuras habis, blum lagi keinginan untuk menghasilkan buku terbaru yang blum juga selesai sampe sekarang, banyak hal yang ingin aku lakukan tanpa sadar ada hak suami dan keluarga yang mungkin bisa kulanggar karena kesibukan itu, blum lagi kemampuan fisik yang mungkin juga ada batasnya tidak mungkin terus di paksa berfikir.

Antara ambisi dan kewajiban, mana yang harus didahulukan ? tidak pernah berniat untuk melalaikan kewajiban demi sebuah ambisi, tapi juga dengan berat hati tidak ingin menghilangkan ambisi karena kewajiban, berharap Ambisi dan Kewajiban bisa berjalan beriringan tanpa ada yang harus dikorbankan. Kelapangan dada dan pengertian yang dalam menjadi makanan sehari-hari bagi suami, membiarkan istrinya berkerja, mengajar dan kuliah secara bersamaan, membiarkan istrinya selalu berada dilingkungan lelaki juga pergaulan yang dominan lelaki, kadang dilupakan saat fokus pada aktifitas, harus ikutan lelah saat harus membantu menjalankan ambisiku, sampai kapan kau akan bertahan wahai suamiku ?? cukup besarkah keridhoan dan cintamu padaku untuk mengijinkan aku melakukan apa yang berat menurutmu.

Aku sadar apa yang kujalani sekarang tidaklah 100% kau setujui, mungkin kau harus terus menekan ego mu demi melancarkan jalanku menuju apa yang aku inginkan, saat aku meminta ijin mengajar sedangkan aku telah bekerja aku tau berat untukmu merelakan aku bekerja ganda seperti itu, saat aku meminta ijin untuk menyelesaikan S2 aku tau kau juga dengan berat hati mengijinkanku karena kita tidak bisa menghabiskan waktu bersama dihari sabtu, hari dimana seharusnya aku meluangkan smua waktuku untukmu, blum lagi suasana kantorku dan aktifitas2 ku yang smuanya berhubungan dengan lelaki terasa berat buatmu merelakan aku berada pada kondisi itu

Maafkan jika aku blum bisa menjadi yang terbaik untukmu, menunggumu dirumah saat kau pulang kantor, menjaga pandangan terhadap lawan jenis, berpakaian syar'i dan meluangkan banyak waktu untukmu. Meski kau selalu bilang sangat bahagia bersamaku dan sangat mencintaiku tapi aku tau dihati kecilmu kau lebih memilih aku menjadi wanita rumahan bukan wanita bergelar S2 yang memiliki segudang aktifitas duniawi