Terus berusaha untuk lebih baik adalah impian banyak orang, lebih baik dalam materi, pendidikan, karir, kehidupan dan spiritual pastinya, mencoba terus menjalani dan mensyukuri apa yang didapat hari ini merupakan sikap terindah yang harus dipatri dalam hati dan pikiran, tanpa rasa syukur manusia akan terus merasa kurang bahkan tersiksa dengan hidupnya.
Ambisi saat single masih terus membayangi sampai sekarang, mencoba untuk membatasi diri karena sadar saat ini memiliki tanggung jawab sebagai istri yang diharuskan mengutamakan rumah tangga dibandingkan ambisi, huuuu...hhhhh, ambisi untuk menyelesaikan S2, jadi dosen, menghasilkan buku-buku baru, menghasilkan tutorial2 baru, menyelesaikan beberapa portfolio web, pastinya akan menyita banyak waktu, pikiran dan tenaga, masih terus berfikir keras haruskah ambisi itu ditekan atau ada yang dihilangkan ??
24 jam 7 hari seminggu sepertinya terlalu cepat, pekerjaanku sebagai programmer disambi dengan ngajar di universitas juga kuliah S2 dihari sabtu membuat hampir tidak punya waktu untuk orang lain. Tugas kantor, tugas kuliah dan cari materi plus buat latihan utk mahasiswa benar2 membuat energi terkuras habis, blum lagi keinginan untuk menghasilkan buku terbaru yang blum juga selesai sampe sekarang, banyak hal yang ingin aku lakukan tanpa sadar ada hak suami dan keluarga yang mungkin bisa kulanggar karena kesibukan itu, blum lagi kemampuan fisik yang mungkin juga ada batasnya tidak mungkin terus di paksa berfikir.
Antara ambisi dan kewajiban, mana yang harus didahulukan ? tidak pernah berniat untuk melalaikan kewajiban demi sebuah ambisi, tapi juga dengan berat hati tidak ingin menghilangkan ambisi karena kewajiban, berharap Ambisi dan Kewajiban bisa berjalan beriringan tanpa ada yang harus dikorbankan. Kelapangan dada dan pengertian yang dalam menjadi makanan sehari-hari bagi suami, membiarkan istrinya berkerja, mengajar dan kuliah secara bersamaan, membiarkan istrinya selalu berada dilingkungan lelaki juga pergaulan yang dominan lelaki, kadang dilupakan saat fokus pada aktifitas, harus ikutan lelah saat harus membantu menjalankan ambisiku, sampai kapan kau akan bertahan wahai suamiku ?? cukup besarkah keridhoan dan cintamu padaku untuk mengijinkan aku melakukan apa yang berat menurutmu.
Aku sadar apa yang kujalani sekarang tidaklah 100% kau setujui, mungkin kau harus terus menekan ego mu demi melancarkan jalanku menuju apa yang aku inginkan, saat aku meminta ijin mengajar sedangkan aku telah bekerja aku tau berat untukmu merelakan aku bekerja ganda seperti itu, saat aku meminta ijin untuk menyelesaikan S2 aku tau kau juga dengan berat hati mengijinkanku karena kita tidak bisa menghabiskan waktu bersama dihari sabtu, hari dimana seharusnya aku meluangkan smua waktuku untukmu, blum lagi suasana kantorku dan aktifitas2 ku yang smuanya berhubungan dengan lelaki terasa berat buatmu merelakan aku berada pada kondisi itu
Maafkan jika aku blum bisa menjadi yang terbaik untukmu, menunggumu dirumah saat kau pulang kantor, menjaga pandangan terhadap lawan jenis, berpakaian syar'i dan meluangkan banyak waktu untukmu. Meski kau selalu bilang sangat bahagia bersamaku dan sangat mencintaiku tapi aku tau dihati kecilmu kau lebih memilih aku menjadi wanita rumahan bukan wanita bergelar S2 yang memiliki segudang aktifitas duniawi
Ambisi saat single masih terus membayangi sampai sekarang, mencoba untuk membatasi diri karena sadar saat ini memiliki tanggung jawab sebagai istri yang diharuskan mengutamakan rumah tangga dibandingkan ambisi, huuuu...hhhhh, ambisi untuk menyelesaikan S2, jadi dosen, menghasilkan buku-buku baru, menghasilkan tutorial2 baru, menyelesaikan beberapa portfolio web, pastinya akan menyita banyak waktu, pikiran dan tenaga, masih terus berfikir keras haruskah ambisi itu ditekan atau ada yang dihilangkan ??
24 jam 7 hari seminggu sepertinya terlalu cepat, pekerjaanku sebagai programmer disambi dengan ngajar di universitas juga kuliah S2 dihari sabtu membuat hampir tidak punya waktu untuk orang lain. Tugas kantor, tugas kuliah dan cari materi plus buat latihan utk mahasiswa benar2 membuat energi terkuras habis, blum lagi keinginan untuk menghasilkan buku terbaru yang blum juga selesai sampe sekarang, banyak hal yang ingin aku lakukan tanpa sadar ada hak suami dan keluarga yang mungkin bisa kulanggar karena kesibukan itu, blum lagi kemampuan fisik yang mungkin juga ada batasnya tidak mungkin terus di paksa berfikir.
Antara ambisi dan kewajiban, mana yang harus didahulukan ? tidak pernah berniat untuk melalaikan kewajiban demi sebuah ambisi, tapi juga dengan berat hati tidak ingin menghilangkan ambisi karena kewajiban, berharap Ambisi dan Kewajiban bisa berjalan beriringan tanpa ada yang harus dikorbankan. Kelapangan dada dan pengertian yang dalam menjadi makanan sehari-hari bagi suami, membiarkan istrinya berkerja, mengajar dan kuliah secara bersamaan, membiarkan istrinya selalu berada dilingkungan lelaki juga pergaulan yang dominan lelaki, kadang dilupakan saat fokus pada aktifitas, harus ikutan lelah saat harus membantu menjalankan ambisiku, sampai kapan kau akan bertahan wahai suamiku ?? cukup besarkah keridhoan dan cintamu padaku untuk mengijinkan aku melakukan apa yang berat menurutmu.
Aku sadar apa yang kujalani sekarang tidaklah 100% kau setujui, mungkin kau harus terus menekan ego mu demi melancarkan jalanku menuju apa yang aku inginkan, saat aku meminta ijin mengajar sedangkan aku telah bekerja aku tau berat untukmu merelakan aku bekerja ganda seperti itu, saat aku meminta ijin untuk menyelesaikan S2 aku tau kau juga dengan berat hati mengijinkanku karena kita tidak bisa menghabiskan waktu bersama dihari sabtu, hari dimana seharusnya aku meluangkan smua waktuku untukmu, blum lagi suasana kantorku dan aktifitas2 ku yang smuanya berhubungan dengan lelaki terasa berat buatmu merelakan aku berada pada kondisi itu
Maafkan jika aku blum bisa menjadi yang terbaik untukmu, menunggumu dirumah saat kau pulang kantor, menjaga pandangan terhadap lawan jenis, berpakaian syar'i dan meluangkan banyak waktu untukmu. Meski kau selalu bilang sangat bahagia bersamaku dan sangat mencintaiku tapi aku tau dihati kecilmu kau lebih memilih aku menjadi wanita rumahan bukan wanita bergelar S2 yang memiliki segudang aktifitas duniawi
No comments:
Post a Comment