Pagi ini tiba dikantor dengan sisa2 kekuatan, mencoba untuk tetap bahagia dan mengikhlaskan segalanya, untungnya suasana kantor sangat mengasyikkan seharian berada dikantor membuat perasaan hati bahagia, karena mereka (rekan2 kerja) semua orang gila yang gk pernah bisa diem, selalu rame dengan canda tawa dan ide2 gila lainnya.
Hari ini sampe kantor tepat jam 09.00, kegiatan awal pertama adalah download (mumpung masih sepi blom ada yang pake Rapidshare, langsung deeehhhh download movie), sambil browsing surat kabar jakarta, aktifin YM, dan pastinya buka email. Tepat di urutan pertama ada email yang berjudul " Keluar dari Milis?? " berasal dari seorang teman kuliah bernama Bayu Waseso (temanku yang satu ini sangat perhatian sekali, disaat aku tidak masuk kuliah, dia memberikan catatan dan materi kuliah tanpa ku minta) dan sekarang saat aku memutuskan untuk keluar dari 2 milis kampus, diapun bereaksi mempertanyakan kenapa aku keluar dari milis dan mengajakku untuk join lagi. 2 jam sudah berlalu sejak kubaca email itu, apa yang harus aku tulis untuk membalas email itu, aku menutupi kenyataan yang ada, ataukah aku memberitahunya kalo alasan aku untuk keluar dari 2 milis kampus adalah karena aku sudah memutuskan untuk berhenti kuliah, pastinya akan ada pertanyaan selanjutnya mengapa aku berhenti kuliah, itulah yang sulit untuk aku jawab, karena aku tidak ingin membagi luka yang ada dengan siapapun selain kepada sahabatku silvia. Mau tidak mau aku harus balas email itu dan mengatakan yg sebenarnya, karena toh cepat atau lambat dia akan tahu juga.
Inilah yang harus terjadi, mungkin terasa ironis, aku harus mengorbankan kuliah yang amat sangat aku harapkan, cita-citaku, harapanku, rencana kedepanku ada dikampus itu. Benarkah keputusanku ini??????????????? mengorbankan banyak hal demi sebuah ketenangan. Saat ini aku tidak lagi berfikir benar atau salah atas tindakanku, namun lebih berfikir inilah Takdir, sesuatu yang harus terjadi dan tidak bisa ditolak. Aku mencoba menyelamatkan hatiku dari kehancuran yang lebih parah, menyelamatkan perasaanku agar tidak lebih sakit lagi, menyelamatkan jiwaku agar tidak lebih porakporanda.
Hanya diriku saja yang paling tahu seperti apa rasanya semua ini dan alasan mengapa akhirnya aku ambil keputusan ini, segala cara telah dicoba agar hal ini tidak terjadi, tapi sepertinya memang jalan ini yang harus dilalui untuk bisa mengakhiri dan memulai awal yang baru.
Hari ini sampe kantor tepat jam 09.00, kegiatan awal pertama adalah download (mumpung masih sepi blom ada yang pake Rapidshare, langsung deeehhhh download movie), sambil browsing surat kabar jakarta, aktifin YM, dan pastinya buka email. Tepat di urutan pertama ada email yang berjudul " Keluar dari Milis?? " berasal dari seorang teman kuliah bernama Bayu Waseso (temanku yang satu ini sangat perhatian sekali, disaat aku tidak masuk kuliah, dia memberikan catatan dan materi kuliah tanpa ku minta) dan sekarang saat aku memutuskan untuk keluar dari 2 milis kampus, diapun bereaksi mempertanyakan kenapa aku keluar dari milis dan mengajakku untuk join lagi. 2 jam sudah berlalu sejak kubaca email itu, apa yang harus aku tulis untuk membalas email itu, aku menutupi kenyataan yang ada, ataukah aku memberitahunya kalo alasan aku untuk keluar dari 2 milis kampus adalah karena aku sudah memutuskan untuk berhenti kuliah, pastinya akan ada pertanyaan selanjutnya mengapa aku berhenti kuliah, itulah yang sulit untuk aku jawab, karena aku tidak ingin membagi luka yang ada dengan siapapun selain kepada sahabatku silvia. Mau tidak mau aku harus balas email itu dan mengatakan yg sebenarnya, karena toh cepat atau lambat dia akan tahu juga.
Inilah yang harus terjadi, mungkin terasa ironis, aku harus mengorbankan kuliah yang amat sangat aku harapkan, cita-citaku, harapanku, rencana kedepanku ada dikampus itu. Benarkah keputusanku ini??????????????? mengorbankan banyak hal demi sebuah ketenangan. Saat ini aku tidak lagi berfikir benar atau salah atas tindakanku, namun lebih berfikir inilah Takdir, sesuatu yang harus terjadi dan tidak bisa ditolak. Aku mencoba menyelamatkan hatiku dari kehancuran yang lebih parah, menyelamatkan perasaanku agar tidak lebih sakit lagi, menyelamatkan jiwaku agar tidak lebih porakporanda.
Hanya diriku saja yang paling tahu seperti apa rasanya semua ini dan alasan mengapa akhirnya aku ambil keputusan ini, segala cara telah dicoba agar hal ini tidak terjadi, tapi sepertinya memang jalan ini yang harus dilalui untuk bisa mengakhiri dan memulai awal yang baru.
No comments:
Post a Comment