Setiap hela nafasku, ketika terjaga dari tidurku, tak lepas bayanganmu dari pikiran, kudapati namamu dalam setiap waktu. Samar, namun terasa menekan. Setidaknya selama berhari-hari sejak dua tahun yang lalu. Kau tahu? Aku benar-benar frustasi menghalau bayangmu, melepas semua hal yang pernah terjadi, jika memungkinkan ingin ku cuci otak ini agar tidak lagi membayangi dan mengingatmu. Meskipun setumpuk buku dan jutaan kesibukan yang coba kulakukan, namun otakku tak mau berhenti mengingatmu. Kamu dan hidupmu, juga kebodohan ku telah mencintaimu sedalam ini.
Masih ingat ketika 9 tahun lalu kau menemukanku? Kau datang bersama segala kesederhanaanmu. Merengkuhku dengan sikap pedulimu itu, sejuta cara kau lakukan untuk menaklukan ku hingga membuatku begitu mengagumimu, walau seluruh dunia bilang kau bukan siapa2 tapi bagiku kau adalah yang terbaik terlepas dari segala kekuaranganmu yang membuatku harus bersikap keras padamu.
Waktu terus berjalan, pangkat dan kemapanan telah menyilaukan matamu, kau yang dulu begitu bersahaja berubah menjadi over, kau yang dulu banyak diam berubah menjadi sering tebar pesona dan banyak hal yang berubah darimu membuatku semakin asing dan tak nyaman berada disampingmu.
Hingga saat dimana kau mulai berbohong dan banyak membuat alasan demi menutupi kebohonganmu, hingga puncak dari segalanya kau mengorbankan ku demi dirimu dan apa yang kau bilang sebagai kedamaian, begitu besarnya cintaku saat itu membuatku terus memaafkan dan berharap kau kembali padaku, tapi justru semakin dalam kau menusuk hatiku.
Cinta..... kekuatanku tidaklah besar, karenanya kupilih untuk membiarkanmu bahagia bersama pilihan hatimu, kutelan semua pil pahit dan melangkah pergi darimu tanpa sedikitpun keinginan membebanimu dengan rasa sakit yang luar biasa didadaku saat itu. Hari demi hari kulewati seperti mayat hidup, tidak bisa makan, tidak bisa tidur, tidak ingin berbicara dengan siapapun, hanya ingin mengurung diri dalam kamar, diam dan bersujud memohon Allah memberiku kekuatan untuk bertahan
Hingga akhirnya Allah menyadarkanku bahwa cinta...dunia, hanya akan menyengsarakan dan menghancurkan segalanya, impian masa kecilku hilang sudah, hingga aku harus tertatih-tatih mencari impian baru, memulai hidup dari awal lagi, berat luar biasa saat itu seorang diri mencoba bangun dan mencari impian baru.
Alhamdulillah saat ini luka itu mulai mengering, kurelakan impian masa kecilku hilang dan berbesar hati untuk membiarkan impian itu diambil paksa. Pasrah dan menjalani hidup sesuai jalur yang Allah ridhoi menjadi pilihan hidupku sekarang, tidak ingin lagi mencintai manusia secara berlebih.
Apa yang terjadi denganmu? Bukankah kau telah memilih untuk bahagia bersamanya? Lalu untuk apa menoleh? Melihatku? Mencoba kembali mengingatkan masa lalu padaku ? Kau katakan tentang cinta, hidup, dan kegagalanmu. Apa maksud semua itu? Dulu, aku memang keliru. Menggadaikan cinta dari-Nya demi meraih cinta bersamamu. Mengabaikan kasih-Nya demi kasih makhluk yang semu. Tapi tidak untuk sekarang. Tidak akan pernah lagi kutukar cinta-Nya dengan cinta mana pun.
Maaf, jika aku memilih untuk meninggalkan masa lalu dan tidak ingin kembali mengenang masa itu. Tidak ingin lagi ku alami masa sulit itu dan kembali kehilangan impian baruku,Bukan maksudku memutus silaturahmi. Juga bukan karena aku membencimu. Tapi karena aku, tak ingin membuatNya meninggalkanku.
Masih ingat ketika 9 tahun lalu kau menemukanku? Kau datang bersama segala kesederhanaanmu. Merengkuhku dengan sikap pedulimu itu, sejuta cara kau lakukan untuk menaklukan ku hingga membuatku begitu mengagumimu, walau seluruh dunia bilang kau bukan siapa2 tapi bagiku kau adalah yang terbaik terlepas dari segala kekuaranganmu yang membuatku harus bersikap keras padamu.
Waktu terus berjalan, pangkat dan kemapanan telah menyilaukan matamu, kau yang dulu begitu bersahaja berubah menjadi over, kau yang dulu banyak diam berubah menjadi sering tebar pesona dan banyak hal yang berubah darimu membuatku semakin asing dan tak nyaman berada disampingmu.
Hingga saat dimana kau mulai berbohong dan banyak membuat alasan demi menutupi kebohonganmu, hingga puncak dari segalanya kau mengorbankan ku demi dirimu dan apa yang kau bilang sebagai kedamaian, begitu besarnya cintaku saat itu membuatku terus memaafkan dan berharap kau kembali padaku, tapi justru semakin dalam kau menusuk hatiku.
Cinta..... kekuatanku tidaklah besar, karenanya kupilih untuk membiarkanmu bahagia bersama pilihan hatimu, kutelan semua pil pahit dan melangkah pergi darimu tanpa sedikitpun keinginan membebanimu dengan rasa sakit yang luar biasa didadaku saat itu. Hari demi hari kulewati seperti mayat hidup, tidak bisa makan, tidak bisa tidur, tidak ingin berbicara dengan siapapun, hanya ingin mengurung diri dalam kamar, diam dan bersujud memohon Allah memberiku kekuatan untuk bertahan
Hingga akhirnya Allah menyadarkanku bahwa cinta...dunia, hanya akan menyengsarakan dan menghancurkan segalanya, impian masa kecilku hilang sudah, hingga aku harus tertatih-tatih mencari impian baru, memulai hidup dari awal lagi, berat luar biasa saat itu seorang diri mencoba bangun dan mencari impian baru.
Alhamdulillah saat ini luka itu mulai mengering, kurelakan impian masa kecilku hilang dan berbesar hati untuk membiarkan impian itu diambil paksa. Pasrah dan menjalani hidup sesuai jalur yang Allah ridhoi menjadi pilihan hidupku sekarang, tidak ingin lagi mencintai manusia secara berlebih.
Apa yang terjadi denganmu? Bukankah kau telah memilih untuk bahagia bersamanya? Lalu untuk apa menoleh? Melihatku? Mencoba kembali mengingatkan masa lalu padaku ? Kau katakan tentang cinta, hidup, dan kegagalanmu. Apa maksud semua itu? Dulu, aku memang keliru. Menggadaikan cinta dari-Nya demi meraih cinta bersamamu. Mengabaikan kasih-Nya demi kasih makhluk yang semu. Tapi tidak untuk sekarang. Tidak akan pernah lagi kutukar cinta-Nya dengan cinta mana pun.
Maaf, jika aku memilih untuk meninggalkan masa lalu dan tidak ingin kembali mengenang masa itu. Tidak ingin lagi ku alami masa sulit itu dan kembali kehilangan impian baruku,Bukan maksudku memutus silaturahmi. Juga bukan karena aku membencimu. Tapi karena aku, tak ingin membuatNya meninggalkanku.
No comments:
Post a Comment